— Data IDC Indonesia menunjukkan bahwa pengiriman smartphone pada kuartal pertama 2020 turun 7,3 persen secara year on year (dari tahun ke tahun/YoY) dan 24,1 persen secara quarter over quarter (dari kuartal ke kuartal/QoQ).

Sementara sampai dengan kuartal pertama ini, ada 7,5 juta unit smartphone yang dikirim ke Indonesia.

Berkaca pada di atas, menurut Tracker Ponsel Triwulan IDC, angka tersebut menunjukkan rekor terendah baru dalam dua tahun terakhir yang disebabkan oleh pandemi virus corona SARS-Cov-2 (Covid-19).

Kendati demikian, ada beberapa vendor ponsel yang masih mampu mempertahankan kelangsungan bisnis perusahaan karena fasilitas produksi lokal dan pasokan komponen yang aman.

Menurut Market Analyst dan Client Devices, IDC Indonesia, Risky Febrian, tanda-tanda perlambatan pasar itu dimulai pada Maret 2020 ketika pemerintah pusat mulai menggaungkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang mana mengharuskan outlet ritel ponsel tutup sementara.

“Penyebaran pandemi Covid-19 masih belum dapat diatasi di dalam negeri, pasar smartphone Indonesia akan terus mengalami turbulensi yang disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi hingga 3Q20 setidaknya sebelum pasar mulai melihat tanda-tanda stabilitas lagi,” tulis Risky dari rilis yang diterima , Senin (18/5).

Menurut Risky, terlepas dari turbulensi akibat Covid-19, implementasi peraturan registrasi IMEI terus menjadi aktor positif yang berkelanjutan untuk industri smartphone lokal.

“Karena bertujuan untuk mengurangi impor unit ilegal dan mempromosikan konsumsi smartphone yang dibuat secara lokal di Indonesia, yang akan bermanfaat bagi lokal industri dalam jangka panjang,” tambahnya.

Pembahasan Lima Besar Vendor Ponsel di Indonesia versi IDC

Selain data pengapalan smartphone di Indonesia, IDC juga merilis daftar puncak vendor ponsel. Untuk pertama kalinya, Vivo bertengger di urutan puncak pada kuartal ini.

Menurut IDC, keberhasilan Vivo disebabkan oleh perusahaan cenderung fokus pada kegiatan pemasaran dan berbagai kegiatan promosi untuk smartphone kelas low-end dan midrange, yang dinilai sesuai untuk pasar Tanah Air yang ‘sadar harga’.

Beralih ke Oppo, tahun ini perusahaan gencar meluncurkan perangkat seri A mereka yang dianggap IDC sebagai penggerak volume.

“Oppo terus mengirimkan seri A-nya, yang merupakan penggerak volume pada 1Q20, disamping mendiversifikasikan jajaran smartphone-nya menjadi seri high-end. Meskipun ini memberikan pasar produk yang lebih bervariasi, label harga pada model-model ini menyulitkan jumlah besar untuk dijual di pasar,” tulis IDC.

Selanjutnya ada Samsung, vendor ponsel asal Korea Selatan ini tetap menjadi merek ternama di Indonesia tetapi IDC mencatat ada pengiriman produk yang berkurang karena ada gangguan pada pasokan.

Sementara Xiaomi menurut IDC terus mengembangkan fanbase yang kuat dan memiliki beragam model ponsel yang terjangkau. Selain Samsung, Realme juga mengalami penurunan pengapalan pada kuartal ini.

“Di samping itu, Realme tetap kompetitif dengan memperkenalkan berbagai produk baru ke pasar dan meningkatkan kehadiran di pasar online menggunakan inisiatif pemasaran digital,” pungkas IDC.

Pada kuartal ke-4 2019, menurut data IDC, Vivo mencapai angka 23 persen sementara kuartal pertama tahun ini 27 persen.

Meski Samsung masih menjadi vendor ponsel populer di Indonesia tetapi merujuk pada IDC, perusahaan dari Negeri Ginseng ini tetap di bawah Vivo. Data IDC ini juga menunjukkan bahwa Samsung tidak beranjak dari posisinya. Sebab, pada kuartal ke-4 2019, Samsung juga menempati posisi ketiga.